Kamis, Juli 19, 2007

Aku Harap Embun Pagi...*

Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa menghidar dari sesuatu yang indah dan melalaikan? Wahai Tuhanku, jika rasa kagumku padanya, hingga lalailah aku atas kebesaran-Mu, Maka cukupkanlah perasaanku padanya sebagai anugerah Aku berharap dengan kemurahan-Mu dapat menerima kasih sayang-Mu.


Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.
Dan aku berada dalam genggaman Kekuasaan-Mu Yang Maha Besar,
Maka ijinkanlah dan kabulkanlah lantunan permohonanku; Curahkanlah rahmat-Mu kepada dirinya.
Sesungguhnya kamu tidak menghilangkan kebaikan-Mu selama massa hidupku.


Lindungilah dan bahagiakanlah ia atas hidayah serta inayah-Mu.
Sesungguhnya percikan nur-Mu lewat senyumnya, adalah salah satu keutamaan-Mu yang aku harapkan.
Andaikan Engkau percayakan ia sebagai amanah bagiku permudahkanlah jalanku untuk menjemputnya.
Wahai Tuhanku, tidak ada di dunia yang bisa diharapkan kecuali keutamaan-Mu, dan tidak ada di dunia yang takut kecuali pada adzab-Mu.


*Terinspirasi oleh do'a salah satu Imam Mazdhab Yang Empat




Baca Selanjut...

Sebuah Perkenalan...

Mungkin kita tak satu atap lagi,
Namun bukankah kita masih dalam naungan langit yang sama?
Mungkin kita tak lagi dalam lindungan dinding ini,
Tapi bukankah kita masih dalam dekapan cakrawala yang sama?


Mungkin juga kita tak lagi duduk bersama dilantai,
Dan jangan pernah kau lupa kita pun masih berpijak pada bumi yang sama,
Tunggu aku ditapal batas itu,
Atau aku pun kan menunggumu disana,

Selama masih kita berpegang pada ikrar yang sempurna,
Tentu kita masih bersaudara bukan?
Berpisah bukan berarti kita terberai,
Aku hanya ingin menemukan arti hidup diri ini,

Bukankah tidak hikmah bila kita berbasa-basi?
Jangan pernah kau kira aku pergi dengan benci,
Aku masih mendendangkan lagu kita dulu,
Menggumamkannya sangat berarti bagiku,

Mengobatiku saat nafasku mulai tersengal,
Sungguh aku tak harap bencimu,
Tampar aku bila engkau lihat aku mulai terlalu jauh,
Bukan cibiran atau keras nadamu,

Namun nurani kita tak lagi bertaut,
Aku masih mensketsa panji kita dulu,
Melukisnya memberi warna hariku,
Candu baru saat ghirahku surut.

Baca Selanjut...

Selasa, Juli 10, 2007

Jendela Pribadiku...

Sepertinya punjangga pun takkan mampu sempurna memperumpamakan aku//Karena aku adalah konsepsi dari Ketakterhinggaan//Tiada yang pernah menangkapku utuh, bahkan mungkin diriku//Karena aku hanyalah pelakon,
Hanyalah kumpulan sari pati kehidupan dari manifest perpaduan kasih dan sayang, antara dua insan//Terhembus dari Sang Khaliq hingga berharga, bahkan seluruh makhluk pun riuh memperbincangkan,
Aku yang terlahir di dunia ini bertepatan dengan lahirnya kekuatan rakyat bersenjata yang terorganisir guna merobohkan kedzaliman imperialis. Aku yang di simboliskan dengan pengharapan bernama Hari Satriyo,
Aku yang mencoba melawan bersama sahabat-sahabat yang berangkat dari kegelisahan yang sama melalui taliful qulub Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Banyumas,
Setitikpun aku belum merasa menjadi embun pagi penyejuk hari//Namun aku hanya berusaha agar tidak menjadi sepijar api penghangus hati//Sesiutpun aku belum merasa menjadi angin perubah musim menjadi semi//Namun aku hanya berusaha agar aku mampu menuai angin mengibarkan panji,
Ya! hanyalah aku manusia sebuah maha karya dari Sang Maha Tinggi, Sang Maha Besar, Sang Maha Kuasa//Tentunya penuh alpa dan khilaf, hingga kau tak perlu begitu benci padaku, mari datang dengan penuh keselamatan, karena akupun telah berikrar berada pada kaum pembawa keselamatan "MUSLIM"!

Baca Selanjut...